Beranda | Artikel
Gaya Kepemimpinan (bagian 2)
Selasa, 1 April 2014

Di artikel yang lalu, telah kita bahas sekilas tentang gaya pemimpin yang berorientasi pada hasil akhir karyawan maupun perusahaan. Artikel kali ini akan mencoba membahas gaya kepemimpinan yang berlawanan dengan sebelumnya, yaitu pemimpin yang lebih mementingkan hubungan dengan bawahannya.

Pemimpin tipe ini, biasanya, sangat menghargai hubungan kerjanya dengan bawahan mereka. Tipe ini akan suportif, dengan menempatkan kesejahteraan bawahan sebagai prioritas mereka. Mereka juga terkesan lebih terbuka, dengan memberikan kepercayaan kepada karyawannya dalam pekerjaan.

Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri pemimpin yang berorientasi pada hubungan dengan karyawan:
a) Sangat ekspresif dan memiliki kecenderungan untuk membangun ikatan kerja yang kuat dengan karyawannya.
b) Memberikan perhatian khusus terhadap kesejahteraan karyawannya.
c) Memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada karyawannya untuk berpartisipasi pada pekerjaan.
d) Membuka jalur komunikasi sehingga karyawan bisa dengan bebas menyuarakan pendapat.
e) Suportif terhadap kemajuan dan peningkatan kualitas karyawan.

Setelah mengenal sedikit dari dua tipe pemimpin yang berlawanan, mungkin akan muncul pertanyaan di benak kita, “Mana yang lebih baik?” Agak sulit rasanya untuk menemukan gaya kepemimpinan yang lebih baik, karena tentunya itu semua tergantung dari kondisi karyawan, perusahaan, atau pun tipe pekerjaannya. Sebagai contoh, untuk pekerjaan yang membutuhkan ketelitian luar biasa, seperti akuntan, mungkin tipe pemimpin yang berorientasi pada hasil akhir lebih relevan ketimbang pemimpin yang mengutamakan hubungan kerja dengan karyawannya.

Namun, akan lebih baik apabila seorang pemimpin bisa mengimbangi dua orientasi ini. Ada kalanya, seorang pemimpin harus serius dan tegas dalam memberikan arahan terhadap karyawannya. Begitu juga, pemimpin yang bijaksana, harus tetap memperhatikan kesejahteraan dan memberikan dukungan serta memotivasi karyawan agar bisa menjalankan pekerjaan dengan maksimal.

Kesimpulannya, memang tidak mudah menjadi pemimpin, karena pemimpin tidak hanya dibebani pekerjaanya sendiri, namun juga harus bertanggungjawab untuk mengatur dan membimbing sekian banyak orang di bawahnya.

Referensi:
http://cpmcnet.columbia.edu/dept/pi/ppf/Bass.pdf

Penulis: Intan Nur Asma Hardhani

Artikel www.PengusahaMuslim.com


Artikel asli: https://pengusahamuslim.com/1055-gaya-kepemimpinan-bagian-2.html